Rumah Dara : mendefinisikan Kembali Thriller sebenarnya

Selama beberapa tahun terakhir, dunia perfilm-an Indonesia banyak sekali didominasi oleh film-film bergenre Horror konyol.  mulai dari Suster ngesot, Diperkosa setan (idih ngeri), hantu Puncak datang Bulan/demam pocong mupeng  (yang ini juara, ancur pisan ), sampai Suster keramas, yang kesemuanya bertemakan Horor yang masya alloh ancurnya dan menampilkan aktris-aktris seksi sebagai daya tarik penonton.



Stigma seperti itupun yang awalnya menempel di benak saya ketika pertama kali seorang teman menyodorkan DVD sebuah film Indonesia bergenre thriller berjudul "Rumah Dara". yang ada di benak saya saat itu, pasti film ini tipikal film thriller atau Horror Indonesia yang lebih cocok disebut Film Konyol atau Film setengah panas. tapi setelah akhirnya saya menonton film ini, "Rumah dara" ternyata menawarkan sesuatu yang berbeda dari kebanyakan film bergenre serupa. tidak ada lagi artis-artis sok seksi di film ini juga tidak ada lagi hantu wanita berjubah putih, berambut panjang dan sedikit ngesot seperti yang selalu menjadi trademark Hantu di film-film horror lainnya.



Secara garis besar, Rumah Dara ini bercerita mengenai malam paling mencekam dari 6 orang sahabat, Adjie dan Astrid pasangan suami istri muda yang sedang dikaruniai kebahagiaan dengan akan hadirnya anak pertama dalam kehidupan mereka; Ladya adik Adjie; serta Jimmy, Eko, dan Alam. Adjie, Astrid, Jimmy, Eko, dan Alam melakukan perjalanan ke Bandung untuk dapat bertemu dengan Ladya dalam rangka memperbaiki hubungan kakak-beradik yang sempat tidak akur dan sebagai ajang untuk mengucapkan perpisahan sebelum Adjie beserta Astrid memulai hidup baru di Australia. Di tengah perjalanan kembali ke Jakarta, mereka bertemu dengan seorang gadis cantik bernama Maya yang meminta bantuan untuk diantarkan ke rumahnya karena baru saja mengalami musibah perampokan. Dan, tidak disangka, justru kebaikkan hati mereka dalam mengantarkan Maya menjadi sebuah neraka tersendiri yang menyebabkan satu per satu dari mereka dibunuh secara sadis.





menurut saya, Mo Brother (Timo Tjahyanto dan Kimo Stamboel) sang sutradara berhasil menyuguhkan ketegangan dan kengerian Khas film-film thriller, adegan-adegan pembantaian yang ditampilkan di Film ini cukup membuat saya menutup mata karena ngeri, yang bagi saya itu merupakan indikator keberhasilan sebuah film Thriller. 


secara keseluruhan, menurut saya film ini sangat berhasil mendifinisikan kembali Film Thriller Indonesia, dan menunjukan ke penonton sebuah film Thriller sesungguhnya.

Link Download : Rumah Dara Click here part 1, part 2

No comments:

Post a Comment